Lime Electricity Lightning

Makalah Dakwah Rasulullah Periode Madinah



KATA PENGANTAR

           Saya Ucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah ( Sejarah Agama Islam”Dakwah Rasulullah Periode Madinah“ ). Berkat Karunia, Ridho dan Hidayah NYA  penulisan makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
            Saya ucapkan terima kasih kepada Guru Mata pelajaran PAI serta Teman-teman yang bersangkutan yang telah membantu, sehingga makalah ini bisa saya selesaikan.
            Saya  menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun khususnya teman-teman  menjadi harapan bagi saya untuk memperbaiki makalah ini.
            Semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Berkah dari Allah SWT, serta bermanfaat bagi para pembaca  sebagai jembatan ilmu pengetahuan. Amin
                                                                                                                         
Penulis










                                                            



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ini bertepatan pada 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriyah dan bertepatan pada tanggal 28 juni 621 Masehi. Sebagai seorang muslim hendaknya kita mesti mengerti sejarah nabi Muhammad SAW baik ketika beliau dalam berdakwah sampai hijrah ke madinah dan diangkat sebagai Rasul, Oleh karena itu saya mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa umat islam pada saar sekarang ini lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah dan pri kehidupan Rasulullah SAW.
Hijrah adalah sebuah peristiwa pindahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah atas perintah Allah SWT untuk memperluas wilayah penyebaran islam dan kemajuan islam itu sendiri.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan akhlaq islam.

B.  Rumusan Masalah                                       
1. Bagaimana Dakwah Nabi Muhammad Periode Madinah?
2.Bagaimana perkembangan islam pada masa Bani umayyah,Bani abbasiyah dan Khulafaurrasydin?
3. Apa Strategi yang di Tempuh Nabi Muhammad dalam Membentuk Masyarakat Islam di Madinah?
4. Apa Hikmah Dakwah Nabi Muhammad  di Madinah?

C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan  Sejarah hidup Rasulullah dan Dakwah Nabi Muhammad Periode Madinah
2. Menjelaskan perkembangan islam pada masa khaulafaur rasyidin, bani umayyah dan bani   abbasiyah ?
3. Menjelaskan Strategi yang di Tempuh Nabi Muhammad dalam Membentuk Masyarakat Islam di Madinah.
4. Dapat Mengambil Hikmah Dakwah Nabi Muhammad Saat di Madinah


BAB II
PEMBAHASAN

1.  Kehidupan Nabi Muhammad SAW
Sebelum Nabi Muhammad dilahirkan ayahnya telah wafat oleh karena itu kakeknyalah yang mengasuh beliau kemudian di susui oleh Halimatus Sa'diyah. Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April 571M. Setelah kakeknya wafat beliau diasuh oleh pamannya yaitu Abu Thalib. Perniagaan ini menghasilkan laba yang banyak dan menyebabkan adanya pertalian antara Muhammad dengan Khadijah dan mereka kemudian mereka menikah. Waktu itu beliau berumur 25 tahun dan khadijah sudah janda yang berumur 40 tahun.  
2.  Turunnya Wahyu Pertama Rasulullah SAW
Menjelang usianya yang ke 40, dia sudah terlalu terbiasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua hira, bebarapa kilometer di utara kota mekah. Disana Muhammad mula-mula ber jam-jam kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17 ramadhan tahun 611 Masehi, malaikat jibril muncul menyampaikan wahyu Allah yang Artinya :
Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu maha melihat. Dia telah mengajar dengan kalam. Dia telah mengajar manusia apa yang mereka tidak ketahui ( QS 96 : 1-5 )
Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai Rasul, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada agama. Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama sementara Nabi Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira'.

3.  Perjalanan Nabi Muhammad SAW Dalam Berdakwah
Dalam proses penantian Jibril, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah. Wahyu itu itu berbunyi sebagai berikut : Hai orang yang brselimut bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan dosa dan janganlah engkau memberi ( dengan maksud ) memperoleh ( balasan ) yang lebih banyak dan untuk ( untuk memenuhi perintah ) Tuhanmu bersabarlah. ( Al- Muddatsir 1-7 )
Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secar diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau yang paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok agama islam yang disebut dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada allah dan meninggalkan ilah dan berhala-berhala yang mereka sembah.
Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang beru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang menerima seruan Nabi melalui perantara Abu Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun . Mereka ialah Usman bin Affan, Zubair ibnu Awwan, Sa'ad ibnu Abu Waqqas, Abdurrahman ibnu Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah ibnul Jarrah, dan Arqam ibnu Abu Arqam. Rumah Arqam pada saat itu dijadikan tempat pertemuan untuk menyampaikan dakwah islam.
Tidak berapa lama turunlah ayat kepada Nabi Muhammad SAW “ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musrik. Sesungguhnya kami memelihara kamu dari kejahatan orang-orang yang memperolok-olokan kamu.
Sesudah ayat ini tu, mulailah Rasulullah SAW menyeru segenap lapisan manusia kepada agama Islam menyeru segenap lapisan manusia secara terang-terangan baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya, begitupun anggota kerabat mereka sendiri atau orang-orang yang jauh. Mula-mulanya beliau menyeru penduduk mekkah lalu kemudiah penduduk negeri yang lain. Disamping itu beliau juga orang-orang yang berdatangan ke mekkah untuk melakukan ibadah haji. Dengan usahanya yang gigih. Hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya 12 an orang makin hari makin bertambah.
Takut dibangkitkan dari alam kubur
Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkitkan dari dalam kuburnya dan semua amal pernebuatan manusia akan di hisab , orang-orang yang berbuat baik maka Allah akan membalasnya dengan surga akan tetapi orang yang berbuat jahat akan dibalas dengan neraka. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agam islam yang mengajarkan manusia akan dibangkitkan kembali sesudah mati.
Taklid kepada nenek moyang
Para kaum Quraisy taklid secara membabi buta terhadap nenek moyangnya dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam prersoalan peribadatan dan tingkah laku adalah suatu yang telah berurat dan berakar pada bangsa arab karena itu sangat beratlah terasa bagi mereka meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama baru yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Mereka berkata : “Apabila dikatakan kepada mereka” Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti rasul. “Mereka menjawab: cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakanya. Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang



Memperniagakan patung
Salah satu dari perusahaan orang arab dahulu adalah memahat patung yang menggambarkan Latta, Uzza , Manna , dan Hubal patung-patung itu mereka jual kepada Jamaah Haji, mereka membelinya supaya mendapat berkat atau untuk kenang-kenangan. Tetapi agama Islam melarang menyembah memahat dan menjual patung, karena itu saudagar-saudagar patung memandang agama Islam sebagai penghalang rezeki mereka, oleh karena itu, mereka menentang agama islam.
Pada permulaan islam kaum Quraisy belumlah mencurahkan perhatiannya terhadap umat islam mereka mengira bahwa seruan nabi Muhammad itu hanya satu gerakan yang tidak akan bertahan lama untuk akan lemah dan akan punah dengan sendirinya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya mereka melihat dengan cepat memasuki kehidupan rumah tangga mereka dan hamba sahaya yang dulu mereka anggap derajatnya terlebih sebagai harta benda telah menerima pula seruan itu dan telah menerima pula seruan itu dengan baik. Pertama sekali mereka halangi para hamba sahaya dan orang-orang yang lemah seperti Yasir dan putranya Ammar serta istrinya Summayyah, begitu juga Bilal, Habab Ibnu Haris dan lainnya mendapat siksaan yang berat diluar prikemanusiaan. Akan tetapi Nabi SAW tidak mendapatkan siksaan karena Bani Hasyim memiliki kedudukan yang tinggi pada pandangan mereka dan Rasul sendiri mendapat perlindungan dari pamannya Abu Thalib. Akan tetapi, seruan Nabi bertambah tersiar dan bangsawan Quraisy mulai banyak yang masuk.
4. Hijrah Nabi Ke Madinah
1. Rencana-rencana jahat kafir Quraisy terhadap diri Nabi Muhammad dan kaum Muslimin diantaranya,
2.  Fitnah tentang Nabi Muhammad dituduh juru penerang yang memecah belah masyarakat
3.  Abu Jahal sangat memusuhi Nabi Muhammad sehingga dia ingin membunuhnya
4.  Kaum Muslimin yang di Makkah dikucilkan oleh masyarakat Makkah selama tiga tahun.
Melihat kenyataan seperti itu akhirnya nabi memandang bahwa kota Makkah tidak dapat dijadikan lagi pusat dakwah. Karena itu, Nabi pernah mengunjungi beberapa negeri seperti Thaif, untuk dijadikan sebagai tempat pusat dakwah, namun ternyata tidak bisa, karena penduduk Thaif juga memusuhi Nabi. Oleh karena itu, Nabi memilih kota Madinah ( Yastrib ) sebagai tempat hijrah kaum Muslimin, dikarenakan beberapa faktor antara lain :
1. Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
2. Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan penduduk madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri orang Madinah.

3. Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yang lembut
4. Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar
5. Bagi diri Nabi sendiri, hijrah ke Madinah karena perintah Allh SWT.
Pada tahun ke-13 sesudah Nabi Muhammad diutus, 73 orang penduduk Madinah berkunjung ke Makkah untuk mengunjungi Nabi dan meminta beliau agar pindah ke Madinah. Dikarenakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penduduk Madinah mudah menerima ajaran Islam yaitu :
1. Bangsa arab Yastrtib lebih memahami agama-agama ketuhanan Karena mereka sering mendengar tentang Allah, wahyu, kubur, hisab, berbangkit, surga dan neraka.
2. Penduduk Yastrib memerlukan seorang pemimpin yang mampu mempersatukan suku-suku yang saling bermusuhan.
Selama dalam perjalanan ke Madinah beliau mengalami banyak gangguan selain diganggu oleh Suraqah yang mengejar beliau sekaligus pembunuh bayaran, beliaupun sempat singgah ke Kubah dan mendirikan masjid yang dikenal dengan Masjid Kuba, dalam Al-Qur'an disebut dengan Masjid Taqwa . Masjid inilah yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.
Setelah ada berita bahwa Nabi Muhammad dalam perjalanan menuju kota Madinah maka kaum Muslimin Madinah sudah nenunggu kedatangan beliau dengan penuh kerinduan dan penghormatan. Pada hari Jum'at tahun pertama hijriah bertepatan dengan tanggal 2 Juli 622M, Nabi beserta rombongan Muhajirin lainnya disambut meriah oleh penduduk Madinah sambil melagukan sebuah syair yang terkenal. Pada hari jum'at itu pula Nabi untuk pertama kali mengadakan Shalat Jum'at bersama kaum Muhajirin dan Anshor.
Setelah Nabi menetap di Madinah, barulah Nabi mulai mengatur semua untuk kebaikan dan kepentingan penduduk Madinah serta kepentingan umat Islam. Peristiwa hijrah nabi ke Madinah akhirnya dijadikan sebagai awal perhitungan tahun hijriah.
5. Pembentukan komunitas madinah dan Negara madinah
Setalah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan sebagai Kepala Negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, nabi segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat.
Dasar pertama , pembangunan Masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka.
Masjid pada masa Nabi juga berfungsi sebagai pussat pemerintahan. Dasar kedua , Ukhuwah Islamiah , persaudaraan sesama musllimNabi mempersaudarakan golongan Muhajirin dengan Anshor. Ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan beersasarjan darah. Dasar ketiga , hubungan persahabatan sengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam.
Meskipun penduduk Madinah terdiri dari Islam, Yahudi, dan Musyrikin. Rasulullah menetapkan keamanan Negeri Madinah adalah tanggung jawab semua golongan.
Bila ada musuh dari luar maka secara gotong-royong mengusirnya. Konsep tanggung jawab ini menjadikan Negeri Madinah adalah tempat tinggal yang aman bagi umat Islam, dan golongan lain. Secara garis besar Negeri Madinah yang ditetapkan Rasulullah yaitu :
1. Setiap golongan, kaum atau suku bertanggung jawab bagi harta rampasan atau uang tebusan bagi masing-masing anggotanya.
2. Penduduk Madinah diharapkan kompak dalam menghadapi tindak kriminal, sekalipun untuk keluarga terdekatnya yang merugikan anggota masyarakat lain
3. Orang Yahudi dari berbagai kelompok harus menjaga agamanya sendiri dan mereka dengan kaum muslimin harus saling membantu.
Hijrahnya Rasulullah SAW memberikan hikmah yang besar terhadap perkembangan Dakwah Islamiah diantaranya :
1.  Kemenangan dakwah Rasulullah dan kaum Muslimin terhadap kaum Quraisy
2. Terbentuknya agama Islam yang beribukota di Madinah dengan nabi Muhammad SAW sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahannya
3.  Tersebarnya agama Islam kepelosok penjuru dunia
6. Piagam Madinah
Isi Piagam Madinah antara lain :
1. Kelompok masing-masing berhak menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberikan keamanan bagi orang yang patuh
2.   Kebebasan beragama terjamin untuk semua kelompok
3. Menjadi suatu kewajiban bagu penduduk madinah muslim dan yahudi untuk salaing membantu dan menolong
4.  Saling mengadakan kerja sama dengan mempertahankan Negeri Madinah dari segala serangan
5.  Rasulullah menjadi pemimpin tertinggi di negeri Madinah, segala perkara dan perselisihan besar diserahkan kepada beliau untuk memutuskannya.
Dakwah Nabi Muhammad di Madinah
Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah Berlangsung selama 10 tahun dari tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai wafatnya rasulullah yakni tanggal 13 rabiul awal ke 11 hijrah. Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadaran sendiri.
Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Rasulullah dalam berdakwa di madinah telah menghadapi beberapa peperangan, diantaranya:
1.    Perang Badar
Terjadi tanggal 17 Ramadhan tahun 2 hijrah bertepatan 8 januari 623 M. Kaum muslimin berjumlah 314 orang sedangkan kafir kuraisy berjumlah 1000 orang. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).
2.    Perang Uhud
Terjadi pada pertengahan bulan Sya’ban tahun ke-3 hijrah atau bulan januari tahun 625 M. Terjadi di Gunung Uhud, sebelah utara kota Madinah. Perang ini terjadi karena kaum kafir Quraisy ingin membalas kekalahan di perang sebelumnya. Kaum muslimin berkekuatan 700 orang, kaum kuraisy berjumlah 3000 orang. Peperangan umat islam di pimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Kaum Quraisy di pimpin oleh Abu Sufyan bin Harb yang di damping istrinya Hindun. Perang pun berkobar. Prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar itu. Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.
Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh Rasulullah di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil harta peninggalan musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera melancarkan serangan balik. Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan. Mereka terjepit, dan satu per satu pahlawan Islam berguguran. Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh. Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi SAW sudah meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan serangan untuk kemudian mengakhiri pertempuran itu. Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada

3.    Perang Khandaq (Ahzab)
Terjadi pada bulan Syawal tahun ke-5 hijrah pada bulan maret tahun 627 M. Terjadi di sebelah utara kota Madinah. Di sebut Khandaq (parit) karena kaum muslimin membuat parit pertahanan, Dinamakan perang ahzab karena kaum kuraisy bersekutu dengan penduduk lain yang berada di kota Mekah. Kaum muslimin berkekuatan 3.000 orang sedangkan kaum Quraisy berjumlah 10.000 orang.
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:
a). Membela diri dan kehormatan umat Islam.
b).Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak menganutnya.
c). Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
B. Strategi yang di Tempuh Nabi Muhammad dalam Membentuk Masyarakat Islam di Madinah.
Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah:
Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah  itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah An-Nahl ayat 125 yang Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16: 125)
Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi. Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah SAW, juga hendaknya meneladani strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam atau masyarakat madani di Madinah.
Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah naungan ridha Allah SWT dan ampunan-Nya.

Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah
Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah yang muslim atau bukan Muslim. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta digrandungi oleh musuh-musuh Islam. Piagam ini dikenal dengan sebutan Piagam Madinah.
Menurut Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah.
Hikmah Meneladani Dakwah Nabi Muhammad Saat di Madinah
Hikmah Dakwah tersebut antara lain:
1. Terjadinya persaudaraan sebagaimana yang dilakukan oleh kaum muhajirin dan ansar yang dapat memberikan rasa aman, tentram, serta memperkuat ukhuwah islamiya
2. Sikap saling menjaga persatuan dan saling menghormati antar sesama pemeluk agama.
3. Memahami bahwa umat islam harus berpegang pada aturan Allah.
4. Menjadikan perjuangan Rasul sebagai sumber inspirasi dan motivasi  dalam menyiarkan islam berdasarkan peraturan Allah SWT.
Sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW.
1. Mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa nabi Muhammad SAW adalah Rasul dan Nabi penutup para nabi
2. Mencintai Rasulullah
3. Membiasakan yang disunahkan oleh Rasulullah SAW.
4. Gemar & senang membaca buku sejarah Nabi.
5. Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia.
6. Berkunjung ke tanah suci/madinah untuk melihat atau menapak tilas perjuangan nabi Muhammad SAW.
7. Mempelajari dan memahami Al-Qur’an & hadis-hadisnya.
8. Senantiasa berjihad di jalan Allah.
9.  Aktif dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari hari besar islam
10.Merawat dan melestarikan tempat ibadah (Masjid)
11.Menekuni dan mempelajari warisan nabi Muhammad SAW

  Menceritakan Berbagai Prestasi Yang Dicapai Oleh Khulafaurrasidin
 Prestasi Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
a.    Perang Melawan Orang-Oran Murtad
Setelah suksesi Abu Bakar beberapa masalah mengancam persatuan dan stabilitas. Diantaranya perang Riddah (perang melawan kemurtadan), beberapa suku Arab yang berasal dari suku Hijaz dan Nejed menyatakan murtad dan membangkan kepada Khalifah baru dan sisrem yang  ada mereka menolak membayar zakat walaupun tidak menolak Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lama yakni menyenbah berhala. Suku tersebut menyatakan bahwa mereka hanya memiliki perjanjian dengan Nabi Muhammad SAW, oleh karena itu kematian Nabi Muhammad menjadi alasan sehingga perjanjian tersebut tidak berlaku lagi. Karena sikap keras kepala dan penentang mereka yang membayarkan pemerintahan dan agama Abu Bakar menunjuk Khalid bin Walid sebagai jendela dalam perang Riddah. Ketegasan Abu Bakar ini disambut dan didukung oleh hampir seluruh kaum muslim.
b.    Menjalankan kekuasaan Legeslatif, Eksekutif dan Yudikatif yang terpusat ditangan Kholifah. Sistem pemerintaha ini bersifat sentral seperti zaman Rasulullah. Selain itu menjalankan roda penerintaha dan melaksanakan hukum.
c.    Memerangi Nabi Palsu
Nabi palsu itu berusaha menghancurkan Islam diantaranya Aswad al Ansari, Tulaihah bin Khuwailid al Asadi, Malik bin Nuairah dan Musailamah al Kazzab.
Bangsa Arab telah menyaksikan bahwa Nabi Muhammad SAW dengan Nubuwat (tugas kenabian)-nya itu, telah dapat mewujudkan suatu mu’jizat yang tidak pernah terlintas dalam khayal bangsa Arab itu sendiri, yaitu: “persatuan Tanah Arab seluruhnya dan perpaduan hati pendukungnya”.

d.   Penghimpunan Al-Quran
Satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Quran. Abu Bakar ash-Siddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaun muslimin.
Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Quran setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Quran di perang Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kali penghimpunam Al-Quran ini. Sejak itulah Al-Quran dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kalinya Al-Quran di himpun.
e.    Perluasan Wilayah Islam
Setelah urusan dalam Negri Abu bakar sudah selesai, Kholifah Abu Bakar as-Siddiq mulai menyebarkan agama Islam ke wilayang yang lebih luas, yaitu wilayang yang dikuasai Kekaisaran Persia dan Bizantium. Persia menguasai wilayah yang luas meliputi Irak, Syam, dan bagian utara Jazirah Arab. Sejumlah kabilah Arab tunduk di bawah kekuasaan mereka. Kekaisaran Bizantium menjadikan kota Damaskus, Suriah sebagai pusat pemerintahan di Wilayah Arab dan sekitarnya.
Tiga hal yang menjadi pegangan utama para Da’i (Tentara Islam) saat memasuki daerah baru adalah:
1. Dianjurkan masuk Islam, maka jiwa serta harta mereka akan dilindungi
2. Boleh tidak masuk Islam, tetapi membayar Jizyah (pajak perlindungan yang sangat ringan) maka jiwa dan hartanya akan terlindungi.
3. Jika menentang mereka akan diperangi.
Prestasi Kholifah Umar bin Khathab
a.    Perluasan Wilayah
Meskipun pengembangan dakwah Islam dan preluasan wilayah sudah dilakukan sejak masa Kholifah Abu Bakar as-Siddiq, para ahli sejarah mengatakan bahwa Islam sesungguhnya berdiri masa Kholifah Umar bin Khathab. Pada masa itu, perluasan Islam terjadi secara besar-besaran dan dikenal sebagai periode futuhat al-Islamiyah. secara berturut-turut, pasukan Islam berhasil menguasai Suriah, Persia dan Mesir.
Untuk memudahkan jalannya pemerintahan, Kholufah Umar bin Khathab membagi wilayah Islam menjadi beberapa profinsi serta menunjukkan seorang gubernur untuk memerintah wilayah tersebut. Misalnya, Sa’ad bin Abi Waqqas memerintah di Kuffah, Amr bin Ash di Mesir, dan Muawiyah bin Abi Sufyan di Damaskus.

b.    Menata Administrasi Dan Keuangan Pemerintahan
Pada masa pemerintahannya, Kholifah Umar bin Khathabmembentuk Bautul Mal dan  Dewan Perang. Baitul mal peteugas mungurusi keuangan Negara. Sedangkan dewan perang bertugas mencatat administrasi ketentaraan.
Kholifah Umar bin Khathab memilih orang yang jujur untuk bertugas di Baitul mal. Selain itu, beliau juga memberikan santunan dari Baitul Mal kepada seluruh rakyatnya. Besarnya santunan disesuaikan lamanya mereka memeluk Islam, kemakmuran dapat dinikmati rakyat dari seluruh pelosok negeri.


c.    Penetapan Kalender Hijriyah
Tahukah kamu bahwa sistem kalender hijriyah saat ini dicetuskan oleh Kholifah Umar bin Khathab? sebelum sistem kalender hijrah ditetapkan, orang-orang menggunakan sistem kalender Masehi.
Kholifah Umar bin Khathab menetapkan permulaan tahun Islam adalah pada saat Nabi Muhammad SAW. hijrah disebut periode Mekkah, sedangkan periode dakwah setelah beliau hijrah dikenal sebagai periode Medinah.
 Prestasi Kholifah Utsman bin Affan
a.    Kodifikasi Mishaf Al-Quran
Seperti sudah kamu ketahui, usaha kodifikasi (pembukuan) Al-Quran sudah dimulai sejak masa Kholifah Abu Bakar as-Siddiq. Ayat-ayat Al-Quran yang sudah terkumpul pada masa itu disimpan oleh Hafsah binti Umar. Pada masa Rasulullah SAW perbedaan tersebut diberi kelonggaran. Saat itu beliau, masih memberi kemudahan Al-Quran dapat dihafal dengan cepat oleh semua uamat Islam. Ketika wilayah Islam makin luas, perbedaan itu meliputi susunan surah atau lafal (dialek)nya.
Salinan kumpulan Al-Quran itu disebut al–Mushaf. Oleh panitia, al-Mushaf diperbanyak 4 buah. Sebuah tetap berada di Madinah, sedangkan 4 lainnya dikirim ke Mekkah, Suriah, Basrah, dan Kuffah. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf al-Imam atau Mushaf Usmani.

b.    Renovasi Masjid Nabawi
Masjid Nabawi yang mulai dibangun pada masa Kholifah Umar bin Khathab diperluas oleh Kholifah Utsman bin Affan. selain diperluas, bentuk dan coraknya juga diperindah.

c.    Pembentukan Angkatan Laut
Pada masa Kholifah Ustman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai Afrika, Siprus, hingga Konstantinopel. Wilayah itu banyak diliputi lautan. Untuk memjaga wilayah tersebut, Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang waktu itu memjabat Gubernur Suriah mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Usul iru disambut baik oleh Kholifah Utsman bin Affan.
d.   Perluasan Wilayah
Pada masa Kholifah Utsaman bin Affan, wilayah Islam makin luas. Wilayah Azarbaijan berhasil ditaklukan pasukan muslim di bawah pimpinan Said bin Ash dan Huzaefah bin Yaman. Wilayah Armenia dapat ditaklukkan oleh Salam bin Rabi’ah al-Bahiy. Sebagian besar rakyat Armenia saat itu manyambut kedatangan tentara Islam dengan sukacita. Pada umumnya, mereka lebih suka berada di bawah pemerintaha Islam dari pada dikuasai Kekaisaran Romawi.
 Prestasi Kholifah Ali bin Abi Tholib
a.    Mengganti Pejabat Yang Kurang Cakap
Kholifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efesien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat yang kurang cakap dalam bekerja.
Akan tetapi, pejabat tersebut ternyata banyak yang berasal dari keluarga Kholifah Utsman bin Affan ( Bani Umayyah ). Akibatnya makin banyak kalangan bani Umayyah yang tidak menyukai Kholifah Ali bin Abi Thalib.
b.    Membenahi Keuangan Negara ( Baitul Mal )
Setelah mengganti para pejabat yang kurang cakap, Kholifah Ali bin Abi Thalib kemudian menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Bautul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
c.    Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
Pada saat Kholifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca, sperti kasrah, fathah, dhammah, dan syaddah.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Quran dan Hadits, Kholifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu. Keberadaan ilmu nahwu dapat membantu orang-orang non-Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran Islam, Yaitu Al-Qu’an dan Hadits.
d.   Melakukan Pembangunan-prmbangunan
Salah satu pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah pembangunan Kota Kufah. Pada awalnya, Kota Kufah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Akan tetapi, kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu dan ilmu pengetahuan lainnya.[5]
2.     Hikmah Yang Dapat Diambil Dari Prestasi Khulafaur Rasyidin.
Hikmah yang dapat kita abil, dari prestasi Khulafaur Rasyidin adalah:
Dalam menjalankan pemerintahan Kholifah diatur oleh hukum yang sudah ditentukan.
Para Kholifah berkewajiban melindungi dan mensejahterakan rakyat sebagai pembentunya rakyat.
Pada masa Kholifah Abu Bakar kodifikasi Al-Qur’an dimulai.
 Pada masa KholifahUmar bin Khathab, beliaulah yang meletakkan dasar-dasar demokrasi Islam.
Pada masa Kholifah Utsman bin Affan, mushaf Al-Qur’an digandakan menjadi 4 buah. Mushaf yang asli (Mushaf Usmani) tetap dibawa Kholufah Usman bin Affan.
Pada masa Kholifah Ali bin Abi Thalib, persatuan dan kesatuan Islam mulai pecah, karena ketegasan dan memegang prinsip kebenaran situasi itu dapat diatasi.
Dalam kondisi membangun dasar-dasar pemerintahan yang kuat kepemimpinan yang cerdas dan bersih sangat diperlukan.
Dalam kondisi penerintahan yang aman dan makmur kepemimpinan yang sholeh dan lemah lembut sangat dibutuhkan.
Mengkaitkan prestasi Khulafaur Rasyidin dengan perkembangan kondisi sekarang dan yang akan datang. Antara lain:
a.       Dalam bidang hukum.
b.      Sistem keuangan Negara.
c.       Sistem ekonomi.
d.      Dalam bidang ketatanegaraan.
e.       Dalam bidang sosial.
f.       Dalam bidang pendidikan.

3.    Meneladani Gaya Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.
a.       Kholifah Abu Bakar As-Siddiq
Abu Bakar dikenal sebagai salah seorang pemberani yang selalu gagah dimedan pertempuran. Beliau memiliki akhlak yang tinggi dan iman yang sempurna, serta mempunyai karakteristik yang lembut dan tegas.
b.      Kholifah Umar Bin Khathab
Umar bin Khathab adalah orang yang cerdas, dan sangat tegas. Beliau adalah teladan dalam hal keadilan, tidak membeda-bedakan antara bangsawan dan budak serta mengutamakan kepentingan rakyat.
c.       Kholifah Utsman Bin Affan
Utsman bin Affan adalah orang yang selalu menjaga kehormatan serta kesucian dirinya, mulia dan lurus akhlaknya terkenal dengan kecerdasan dan kebenaran pendapatnya. Dengan karakter beliau kemakmuran rakyat dapat tercapai baik jasmani maupun

d.      Kholifah Ali Bin Abi Thalib
Ali bin Abi thalib sangat memperhatikan keadilan dalam ekonomi, dia sangat serius dalam hal perekonomian. Beliau juga memiliki sikap yang kokoh kuat pendirian dalam membela yang hak, paling teliti pemikirannya dan paling taufik untuk mrnerima hukum yang benar serta pendapat yang betul. Dalam masalah keberanian patut dicontoh dan ditiru oleh setiap pemberani, yakni keberanian untuk membela kebenaran dan agama.
A.    Pendirian Dinasti Bani Umayyah
1.1  Asal Mula Dinasti Bani Umayyah
Proses terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai sejak khalifah Utsman bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang Humran bin Sudan pada tahun 35 H/656 M. Pada saat itu khalifah Utsman bin Affan di anggap terlalu nepotisme (mementingkan kaum kerabatnya sendiri) dalam menunjuk para pembantu atau gubernur di wilayah kekuasaan Islam.
Masyarakat Madinah khususnya para shahabat besar seperti Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam mendatangi shahabat Ali bin Abi Thalib untuk memintanya menjadi khalifah pengganti Utsman bin Affan. Permintaan itu di pertimbangkan dengan masak dan pada akhirnya Ali bin Abi Thalib mau menerima tawaran tersebut. Pernyataan bersedia tersebut membuat para tokoh besar diatas merasa tenang, dan kemudian mereka dan para shahabat lainnya serta pendukung Ali bin Abi Thalib melakukan sumpah setia (bai’at) kepada Ali pada tanggal 17 Juni 656 M/18 Dzulhijah 35 H. Pembai’atan ini mengindikasikan pengakuan umat terhadap kepemimpinannya.
Dengan kata lain, Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang paling layak diangkat menjadi khalifah keempat menggantikan khalifah Utsman bin Affan.
Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat oleh masyarakat madinah dan sekelompok masyarakat pendukung dari Kuffah[1][2] ternyata ditentang oleh sekelompok orang yang merasa dirugikan. Misalnya Muwiyah bin Abi Sufyan gubernur Damaskus, Syiria, dan Marwan bin Hakam yang ketika pada masa Utsman bin Affan, menjabat sebagai sekretaris khalifah.
Dalam suatu catatan yang di peroleh dari khalifah Ali adalah bahwa Marwan pergi ke Syam untuk bertemu  dengan Muawiyah dengan membawa barang bukti berupa jubah khalifah Utsman yang berlumur darah.
Penolakan Muawiyah bin Abi Sufyan dan sekutunya terhadap Ali bin Abi Thalib menimbulkan konflik yang berkepanjangan antara kedua belah pihak yang berujung pada pertempuran di Shiffin dan dikenal dengan perang Sifin, Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan (sepupu dari Usman bin Affan) dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam) pada 1 Shafar tahun 37 H/657 M[2][3]. Muawiyah tidak menginginkan adanya pengangkatan kepemimpinan umat Islam yang baru.
Beberapa saat setelah kematian khalifah Utsman bin Affan, masyarakat muslim baik yang ada di Madinah , Kuffah, Bashrah dan Mesir telah mengangkat Ali bin Abi Thalib  sebagai khalifah pengganti Utsman. Kenyataan ini membuat Muawiyah tidah punya pilihan lain, kecuali harus mengikuti khalifah Ali bin Abi Thalib dan tunduk atas segala perintahnya. Muawiyah menolak kepemimpinan tersebut juga karena ada berita bahwa Ali akan mengeluarkan kebijakan baru untuk mengganti seluruh gubernur yang diangkat Utsman bin Affan.
Muawiyah mengecam  agar tidak mengakui (bai’at) kekuasaan Ali bin Abi Thalib sebelum Ali berhasil mengungkapkan tragedi terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, dan menyerahkan orang yang dicurigai terlibat pembunuhan  tersebut untuk dihukum.
Khalifah Ali bin Abi Thalib berjanji akan menyelesaikan masalah pembunuhan itu setelah ia berhasil menyelesaikan situasi dan kondisi di dalam negeri.
Kasus itu tidak melibatkan sebagian kecil individu, juga melibatkan pihak dari beberapa daerahnya seperti Kuffah, Bashra[3][4] dan Mesir.
Permohonan atas penyelesaian kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan ternyata juga datang dari istri Nabi Muhammad saw, yaitu Aisyah binti Abu Bakar. Siti Aisyah mendapat penjelasan tentang situasi dan keadaan politik di ibukota Madinah, dari shahabat Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair ketika bertemu di Bashrah. Para shahabat menjadikan Siti Aisyah untuk bersikap sama, untuk penyelesaian terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, dengan alasan situasi dan kondisi tidak memungkinkan di Madinah. Disamping itu, khalifah Ali bin Abi Thalib tidak menginginkan konflik yang lebih luas dan lebar lagi.
Akibat dari penanganan kasus terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, munculah isu bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib sengaja mengulur waktu karena punya kepentingan politis untuk mengeruk keuntungan dari krisis tersebut. Bahkan Muawiyah menuduh Ali bin Abi Thalib berada di balik kasus pembunuhan tersebut.
Pada masa pemerintahnnya, tidak ada perluasan daerah yang berarti. Menurutnya, ekspansi islam tidak harus dilakukan dengan cara imprealisme militer, tapi dengan cara dakwah. Dia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan,kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
Umar mangkat dari jabatannya pada tahun 101 H/719 M dengan meninggalkan karakter pemerintahan yang adil dan bijaksana terhadap semua golongan dan agama. Penerusnya nanti justru berbanding terbalik dengan karakter kepemimpinannya.
 Ekspansi Wilayah Dinasti Bani Umayyah
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibukota Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik.
Ia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.[13][14]
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam mersa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin ziyad, pemimpin pasukan Islam,menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova[14][15]. Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam peperangan di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah sangat luas. Daerah-daerah tersrebut meliputi: Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah (Nasution, 1985:62).
Masa Bani Abbasiyah
Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut :
1.  Ilmu Kedokteran
Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran.. Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai berikut
·         Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter yang ahli dibidang mata dan penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
·         Ar-Razi (809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit cacar dan campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
·         Ibnu Sina (980-1036 M), yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di Eropa dan negara-negara Islam.
·         Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis dibidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar. Dll.
2.  Ilmu tafsir
Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsur dan Tafsir Bir ra'yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir yang terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan karangannya jami' al-bayan fi tafsir Al-Qur'an, Al-Baidhawi dengan karangannya Ma'alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanyaal-kassyaf, Ar-Razi(865-925 M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan lain-lainnya.
3.  Ilmu Hadist
Pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai sekarang. Diantara yang terkenal ialah Imam Bukhari (W.256 H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah berhasil dikumpulkan oleh imam Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H) terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim, buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa'i oleh Al-Nasa'i ( W.303 H) dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H) keenam buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
4.  Ilmu Kalam
Bukanlah hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang terkenal pada masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai sekarang, Diakalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal jamaah. Muncul Imam Abu Hanifah(810-150 H) yang lebih cendrung memakai akal (rasio) dan Ijtihad, Imam Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung memakai hadist dan menjauhi sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi'i (150-204 H) yang berusaha mengkompromikan aliran Ahl al-Ra'yi, dengan Ahl al-Hadist dalam Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh yang keras, ketat dan kurang luwes dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku karang mereka masih dapat kita temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah, dan sebagainya.
5.  Ilmu Tashawuf
Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu buku Ihya' Al-Din, yang terdiri dari lima jilid.
Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Bani Umayyah
Dinasti Umayyah telah mampu membentuk perdaban yang kontemporer dimasanya, baik dalam tatanan sosial, politik, ekonomi dan teknologi. Berikut Prestasi bagi peradaban Islam dimasa kekuasaan Bani Umayah didalam pembangunan berbagai bidang antara lain:
·         Masa kepemimpinan Muawiyah telah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan.
·         Menertibkan angkatan bersenjata.
·         Pencetakan mata uang oleh Abdul Malik, mengubah mata uang Byzantium dengan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Mencetak mata uang sendiri tahun 659 M dengan memakai kata dan tulisan Arab.
·         Jabatan khusus bagi seorang Hakim ( Qodli) menjadi profesi sendiri .
·         Keberhasilan kholifah Abdul Malik melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan Islam dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilannya diikuti oleh putranya Al-Walid Ibnu Abdul Malik (705 – 719 M) yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.
·         Membangun panti-panti untuk orang cacat. Dan semua personil yang terlibat dalam kegiatan humanis di gaji tetap oleh Negara.
·         Membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya.
·         Membangun pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid yang megah.
·         Hadirnya Ilmu Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balaghah, bayan, badi’, Isti’arah dan sebagainya. Kelahiran ilmu tersebut karena adanya kepentingan orang-orang Luar Arab (Ajam) dalam rangka memahami sumber-sumber Islam (Al-qur’an dan Al-sunnah).


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwasanya nabi Muhammad saw merupakan nabi dan rasul yang diutus kepada manusia untuk memberikan bimbingan kepada jalan yang lurus dengan perjuangan yang gigih. Beliau berhasil merubah kebiasaan umat manusia dari keburukan kepada jalan kebenaran untuk menyembah allah swt. Dan bagaimana kita sebagai umat islam untuk menjadikan beliau sebagai contoh dan suri taulaadan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, agama, masyarakat, dan bernegara.
2. Saran
Demikianlah isi dari makalah saya, yang menurut saya telah saya susun secara sistematis agar pembaca mudah untuk memahaminya. Berbicara mengenai sejarah, maka sejarah merupakan ilmu yang tidak akan pernah ada habisnya. Ingatlah, orang yang cerdas adalah orang yang belajar dari sejarah Sering kali kita lupa bahwa “meskipun” berkisah mengenai masa lampau, tapi sejarah begitu penting bagi perjalanan suatu bangsa. Melalui sejarah, kita belajar untuk menghargai perjuangan para pendahulu kita, belajar menghargai tetes darah dan keringat mereka untuk apa yang kita nikmati saat ini. Lewat sejarah kita juga belajar dari pengalaman masa lalu, dan menjadikannya sebagai modal berharga untuk melangkah di masa depan
Islam merupakan agama yang besar dengan perjalanan sejarah yang panjang. maka dari itu, marilah kita menggali lebih jauh lagi ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sejarah Islamiah. Demi menguatkan keteguhan dan rasa kebanggaan hati kita terhadap agama.













DAFTAR PUSTAKA

http://almawaddahcity.blogspot.ae/2014/05/makalah-dakwah-rasulullah-periode.html?m=1
http://chatondimas.blogspot.ae/2011/10/makalah-tentang-dakwah-rasullah-periode.html?m=1
http://duniakampus45.blogspot.ae/2015/01/makalah_18.html?m=1
                                    
http://inayahfaizah.blogspot.ae/2013/11/makalah-tentang-bani-umayyah-dan.html?m=1

http://zudi-pranata.blogspot.ae/2013/05/memahami-sejarah-islam-pada-masa.html?m=1





0 komentar: